Vinicius Jr Marah Saat Diganti Oleh Xabi Alonso. Malam 26 Oktober 2025 di Santiago Bernabeu jadi panggung emosi yang meledak-ledak saat Real Madrid kalahkan Barcelona 2-1 di El Clasico pekan kesepuluh La Liga musim 2025/2026. Gol Kylian Mbappe dan Jude Bellingham balikkan keadaan setelah Fermin Lopez buka skor untuk Barca, tapi sorotan utama jatuh pada Vinicius Junior yang marah besar saat diganti Xabi Alonso di menit ke-72. Bintang Brasil berusia 24 tahun itu berjalan langsung ke terowongan sambil berteriak kesal, lewati pelatihnya tanpa jabat tangan, dan bahkan lempar botol air ke bangku cadangan. Ini bukan tantrum biasa; ini gambaran ketegangan di skuad Madrid yang sedang panas, di mana satu keputusan bisa picu badai internal. Alonso, yang baru setahun tangani tim, tampak tenang tapi wajahnya tegang. Bagi fans Madrid, momen ini campur aduk: Vinicius pahlawan dengan assist gol Mbappe, tapi reaksinya ingatkan betapa temperamentalnya ia di laga besar. Kemenangan ini angkat Madrid ke puncak klasemen selisih lima poin, tapi amarah Vinicius jadi pengingat bahwa di sepak bola Spanyol, emosi sering lebih tajam dari gol. BERITA BASKET
Ledakan Emosi Vinicius yang Langsung Viral: Vinicius Jr Marah Saat Diganti Oleh Xabi Alonso
Segera setelah peluit penggantian, Vinicius berdiri di pinggir lapangan dengan tangan menunjuk dada sendiri, berteriak ke arah bangku cadangan: “Aku lagi bagus! Ini apa?!” dalam bahasa Portugis yang bergema di siaran langsung. Ia berjalan pergi dengan langkah berat, abaikan jabat tangan Alonso, dan lempar botol air ke kursi kosong—gerakan yang langsung tangkap kamera dari empat sudut. Ini mirip insiden musim lalu saat ia bentak wasit di Liga Champions lawan Bayern, tapi di Clasico, ini terasa lebih pribadi karena Madrid unggul 2-1 dan Vinicius sudah sumbang assist krusial.
Klip itu langsung viral: 5 juta tayangan di platform sosial dalam sejam, dengan fans Madrid bela sebagai “passion murni” sementara pendukung Barca ejek “drama queen lagi”. Vinicius, yang dribel sukses 75 persen dari delapan upaya malam itu, merasa penggantian rampas momentumnya—ia ciptakan tiga key pass, termasuk umpan silang presisi untuk sundulan Mbappe di menit ke-22. Postingannya pagi ini di Instagram cuma foto tim dengan caption “Kemenangan tim”, tapi komentarnya penuh spekulasi soal hubungan dengan Alonso. Ledakan ini bukan baru; sejak 2022, Vinicius sering hadapi rasisme dan tekanan, bikin emosinya meledak di momen sensitif. Malam itu, ia tampak lapar bola setelah absen dua laga sebelumnya karena cedera ringan, dan penggantian terasa seperti pukulan telak.
Alasan Taktis Penggantian dari Sudut Pandang Alonso: Vinicius Jr Marah Saat Diganti Oleh Xabi Alonso
Xabi Alonso tak terlihat terganggu saat Vinicius pergi; di konferensi pers, ia bilang tenang: “Vinicius luar biasa dengan assistnya, tapi kami butuh energi segar untuk tutup laga.” Penggantian itu masuk akal secara taktik: Madrid unggul tipis, Barca dorong serangan habis-habisan dengan Yamal dan Raphinha di sayap, dan Vinicius sudah main 72 menit dengan jarak lari turun 15 persen di babak kedua. Ia kalah dua duel fisik lawan Araujo, dan masuknya Rodrygo langsung beri kecepatan baru—ia hampir cetak gol di menit ke-78 dari serangan balik.
Alonso, mantan gelandang Madrid yang kenal Vinicius sejak debutnya, prioritaskan rotasi karena jadwal padat: Liga Champions lawan Dortmund akhir pekan, plus risiko kelelahan di musim panjang. Statistik dukung: Madrid bertahan solid setelah penggantian, dengan penguasaan bola naik jadi 62 persen dan nihil kebobolan tambahan. Ini strategi khas Alonso dari era Leverkusen, di mana ia sering ganti bintang untuk jaga keseimbangan—musim lalu, ia lakukan hal serupa ke Wirtz dan sukses. Tapi kritik muncul: beberapa analis sebut ini kurang hormati Vinicius sebagai starter utama, terutama di Clasico di mana ia rata-rata ciptakan peluang 2,5 per laga. Alonso janji bicara pribadi besok: “Kami tim, emosi wajar, tapi harus terkendali.” Keputusan ini jadi ujian: apakah amarah Vinicius picu perpecahan, atau justru bahan bakar untuk laga berikutnya.
Dampak untuk Skuad Madrid dan Rivalitas yang Memanas
Amarah Vinicius langsung rasakan getarannya di skuad. Pagi ini, latihan di Valdebebas berlangsung tegang; Mbappe dan Bellingham beri dukungan di media sosial dengan posting “Vini, kami bareng kamu”, sementara Rodrygo bilang pribadi: “Ia beri assist bagus, gantian itu untuk tim.” Alonso pakai momen untuk rapat skuad, tekankan “satu visi: trofi”, tapi rumor beredar soal ketegangan internal—Vinicius disebut ancam tinggalkan klub jika tak dapat jaminan starter, meski sumber dekat bilang itu emosi sesaat.
Di klasemen, kemenangan ini perkuat posisi Madrid dengan 25 poin, tapi insiden ini tambah panas rivalitas Clasico. Barca, yang kalah meski dominasi 55 persen bola, ejek momen itu sebagai “khas Madrid: lebih suka drama daripada main bola.” Yamal, yang konfrontasi singkat dengan Vinicius pasca-laga, bilang: “Ia marah karena tahu kami ancam.” Ini bisa picu dendam panjang; musim lalu, insiden serupa sebabkan kontroversi dan denda FA Spanyol. Bagi Madrid, ini ujian harmoni skuad bintang—dengan Mbappe baru gabung, butuh pemimpin seperti Alonso untuk satukan visi. Jika tak ditangani, bisa ganggu ambisi gelar; analis prediksi bicara Alonso-Vinicius redakan api, tapi momen ini jadi pelajaran: di Bernabeu, passion bagus, tapi kontrol diri krusial. Fans Madrid harap ini jadi percikan positif, bukan retak permanen.
Kesimpulan
Amarah Vinicius Junior saat diganti Xabi Alonso di El Clasico adalah campuran passion dan frustrasi yang khas rivalitas Spanyol: ledakan emosi setelah assist brilian, tapi penggantian taktis yang ubah dinamika kemenangan 2-1 Madrid. Dari viralnya klip hingga dampak skuad yang tegang, ini tunjukkan betapa tipis garis antara hero dan kontroversi. Alonso punya kesempatan ubah momen negatif jadi kekuatan, asal komunikasi terbuka dengan bintangnya. Bagi Madrid, ini pengingat: dominasi tak datang mudah, butuh keseimbangan individu dan tim. Musim 2025/2026 masih panjang, dengan trofi menanti, tapi El Clasico ini sudah tinggalkan jejak: Vinicius, si pahlawan temperamental, adalah aset sekaligus tantangan. Fans Bernabeu tunggu, apakah amarah ini jadi api pembakar, atau bara yang padam sendiri.