Sesko Bermain Dengan Canggung di Manchester United. Pada akhir Oktober 2025 ini, saat angin musim gugur mulai berhembus kencang di Manchester, Benjamin Sesko menjadi pusat perhatian negatif di Old Trafford. Striker Slovenia berusia 22 tahun itu, yang direkrut Manchester United dari RB Leipzig dengan biaya 70 juta euro pada Agustus lalu, tampil canggung dalam beberapa laga terakhir—terutama kekalahan 1-3 dari Manchester City di derby pada 14 September. Dengan hanya dua gol dari delapan penampilan sejauh ini, Sesko kesulitan adaptasi di Premier League yang brutal, meski awalnya menjanjikan dengan brace lawan Sunderland. Di tengah tekanan tim yang finis peringkat keenam klasemen, performa canggungnya picu kritik dari fans dan analis, tapi juga harapan besar sebagai penerus Haaland. Bagi United, yang habiskan 200 juta euro di bursa transfer musim panas, ini jadi ujian awal—apakah investasi muda ini akan meledak, atau butuh waktu lebih lama? Cerita Sesko ini ingatkan bahwa transisi dari Bundesliga ke Inggris tak selalu mulus, tapi potensinya tetap jadi senjata rahasia. BERITA TERKINI
Awal Karier yang Menjanjikan di Old Trafford: Sesko Bermain Dengan Canggung di Manchester United
Sesko tiba di Manchester dengan label “wonderkid” setelah musim gemilang di Leipzig, di mana ia cetak 18 gol dari 42 laga Bundesliga 2024-2025. Debutnya pada 16 Agustus lawan Arsenal berjalan lancar: meski kalah 1-2, ia ciptakan dua peluang emas dan tunjukkan kecepatan 35 km/jam yang bikin bek lawan kewalahan. Gol pertama datang di laga kedua, 4 Oktober lawan Sunderland—brace di babak pertama yang bikin skor 2-0, dengan tendangan voli akrobatik yang viral di media sosial. Saat itu, fans United euforia: “Ini penerus ideal Rashford,” tulis satu suporter di forum. Dua gol dari empat laga awal, plus assist untuk Bruno Fernandes, bikin pelatih Arne Slot puji “adaptasi cepatnya luar biasa.”
Fakta pendukung: di awal musim, Sesko unggul duel udara 65 persen dan dribel sukses 70 persen—statistik yang lebih baik dari striker United musim lalu. Ia langsung jadi starter di tiga laga pertama, gantikan Hojlund yang cedera, dan bantu tim raih dua kemenangan dari tiga laga. Analis bilang ini awal menjanjikan, mengingatkan Haaland yang butuh waktu setahun di City. Tapi di balik euforia, ada tanda: lawan tim besar seperti Arsenal, ia kesulitan finishing, dengan dua tembakan melebar dari jarak dekat. Awal canggung ini sebenarnya bukan kejutan—pindah ke liga baru selalu butuh waktu, tapi bagi United yang haus trofi, harapan langsung tinggi.
Tantangan Adaptasi dan Performa Canggung Terkini: Sesko Bermain Dengan Canggung di Manchester United
Masalah mulai muncul sejak September, saat derby lawan City pada 14 September: Sesko main penuh 90 menit tapi gagal cetak gol, kalah duel 40 persen dan kehilangan bola enam kali di area berbahaya. Kekalahan 1-3 itu picu kritik: “Ia terlihat canggung, seperti takut ambil risiko,” tulis komentator pasca-laga. Di laga berikutnya lawan Tottenham, ia absen karena cedera ringan hamstring, tapi kembali lawan Brighton pada 21 September dengan nol kontribusi—hanya satu tembakan on target dari 60 menit bermain. Hingga Oktober, dua golnya terhenti, dan ia digantikan Hojlund di starting XI untuk tiga laga terakhir.
Penyebab canggungnya multifaset: Premier League tuntut intensitas pressing lebih tinggi daripada Bundesliga, di mana Sesko biasa main lepas. Statistik: ia kalah duel fisik 55 persen lawan tim top, dan passing akuratnya turun ke 78 persen—dibanding 85 persen di Leipzig. Slot akui “ia butuh waktu adaptasi budaya bola di sini,” sementara fans di media sosial sebut “terlalu dini untuk transfer mahal.” Cedera kecil tambah beban, absen dua laga, dan tekanan Old Trafford—stadion dengan ekspektasi tinggi—bikin ia ragu ambil keputusan. Analis bilang ini mirip kasus Antony tahun lalu: talenta ada, tapi mental butuh dibangun. Sampai November, performa canggung ini bikin United kesulitan cetak gol, dengan hanya lima gol dari delapan laga terakhir.
Prospek Masa Depan dan Dukungan dari Tim
Meski canggung sekarang, prospek Sesko cerah—kontrak lima tahun hingga 2030 beri ruang berkembang, dan Slot rencanakan rotasi untuk lindungi ia dari burnout. Di latihan, ia tunjukkan kemajuan: dua gol di laga uji coba internal akhir Oktober, dan Fernandes bilang “ia punya potensi Haaland, cuma butuh percaya diri.” United investasi psikolog olahraga untuk bantu adaptasi, mirip yang dilakukan City untuk Haaland dulu.
Fakta optimis: di usia 22, Sesko sudah punya 50 gol Bundesliga, dan statistik expected goals (xG) musim ini 3.2—artinya ia underperform peluang, tapi potensi meledak. Timnas Slovenia juga dukung: ia cetak dua gol di Nations League Oktober, naikkan moral. Bagi United, yang finis keenam klasemen, Sesko jadi kunci rebuild—jika adaptasi sukses, ia bisa jadi top scorer liga. Kritik saat ini canggung, tapi seperti Haaland yang struggle awal di City, waktu bisa ubah narasi. Sampai akhir 2025, harapan tetap tinggi: satu gol krusial bisa balikkan opini.
Kesimpulan
Benjamin Sesko memang tampil canggung di Manchester United sejak September 2025, dengan dua gol terhenti dan kesulitan adaptasi yang picu kritik—dari derby City hingga laga Brighton. Tapi awal menjanjikan lawan Sunderland dan potensi fisiknya tunjukkan ini fase transisi, bukan kegagalan. Di usia 22, dengan dukungan Slot dan tim, prospeknya cerah: Premier League brutal, tapi talenta seperti ia jarang gagal. Bagi United, ini ujian kesabaran—jika ia meledak, Old Trafford punya senjata baru untuk trofi. Sampai kini, canggungnya jadi pelajaran: sepak bola butuh waktu, dan Sesko, dengan senyum Slovenia-nya, siap bangkit. Pantau terus, karena cerita ini baru mulai.